Peringatan Hari AIDS Sedunia harusnya bukan bagi-bagi kondom. Tapi mengajak remaja untuk tidak melakukan tindakan seks bebas
Hidayatullah.com--Entah apa yang ada di otak para menteri kesehatan seluruh dunia ketika menetapkan 1 Desember sebagai hari AIDS sedunia. Yang jelas, hingga kini, setiap 1 Desember di seluruh negara diperingati Hari AIDS. Termasuk di Indonesia. Macam-macam bentuk dan cara memperingatinya.
Seakan tidak mau ketinggalan, hampir seluruh lapisan masyarakat, dari pekerja seks komersil (PSK), aktivis LSM, pelajar sekolah, mahasiswa, masyarakat biasa hingga pemerintahan memperingatinya.
Selasa, 30 November 2010
Pinginnya memperingati hari AIDS, justru malah pembodohan
Senin, 29 November 2010
Tuhan itu ada
Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambutnya
Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.
Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.
Si tukang cukur bilang,"Saya tidak percaya Tuhan itu ada".
"Kenapa kamu berkata begitu ???" timpal si konsumen.
"Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan... untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada.
Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada,
Adakah yang sakit??,
Adakah anak terlantar??
Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan.
Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi."
Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.
Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.
Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar
(mlungker-mlungker-istilah jawa-nya), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.
Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,
"Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR."
Si tukang cukur tidak terima," Kamu kok bisa bilang begitu ??".
"Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!"
"Tidak!" elak si konsumen.
"Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana", si konsumen menambahkan.
"Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!", sanggah si tukang cukur.
" Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya", jawab si tukang cukur membela diri.
"Cocok!" kata si konsumen menyetujui.
"Itulah point utama-nya!.
Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !
Tapi apa yang terjadi... orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA.
Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini."
Si tukang cukur terbengong !!!
=====================
hanya renungan disaat hujan turun
@ Pojok Office :)
Selasa, 16 November 2010
Bagaimana Cara Setan Menelanjangi wanita
Setan dalam menggoda manusia memiliki berbagai macam strategi, dan yang sering dipakai adalah dengan memanfaatkan hawa nafsu, yang memang memiliki kecenderungan mengajak kepada keburukan (ammaratun bis-su’). Setan tahu persis kecenderungan nafsu kita, dia terus berusaha agar manusia keluar dari garis yang telah ditentukan Allah, termasuk melepaskan hijab atau pekaian muslimah. Berikut ini tahapan-tahapannya.
1. Menghilangkan Definisi Hijab
Dalam tahap ini setan membisikkan kepada para wanita, bahwa pakaian apapun termasuk hijab (penutup) itu tidak ada kaitannya dengan agama, ia hanya sekedar pakaian atau mode hiasan bagi para wanita. Jadi tidak ada pakaian syar’I, pakaian ya pakaian, apapun bentuk dan namanya.
Sehingga akibatnya, ketika zaman telah berubah, atau kebudayaan manusia manusia telah berganti, maka tidak ada masalah pakaian ikut ganti juga. Demikian juga ketika seseorang berpindah dari suatu negeri ke negeri yang lain, maka harus menyesuaikan diri dengan pakaian penduduknya, apapun yang mereka pakai.
Para Hamba Selalu Membutuhkan Hidayah
Ibnul Qoyyim mengatakan Setiap hamba membutuhkan hidayah pada setiap waktu dan kesempatan, dalam setiap perkara yang hendak dikerjakan atau ditinggalkannya.
Masing-masing hamba tak akan lepas dari salah satu kondisi berikut:
Pertama : Kondisi yang berbagai amalan yang ia lakukan tidak sebagaimana mestinya, lantaran jahalah (ketidaktahuannya). Kala itu, ia membutuhkan hidayah dari Allah, berupa terbukanya pintu ilmu.
Kedua: Kondisi yang ia telah mengenal hidayah, namun ia melakukan hal-hal yang tidak sebagaimana mestinya dengan sengaja. la membutuhkan hidayah untuk dapat bertaubat.
Ketiga : Kondisi yang ia tidak mengenal hidayah secara ‘ilmiyah ataupun amaliyah. Sehingga ia kehilangan hidayah, baik berupa ilmu pengetahuan maupun keinginan mendapati dan mengamalkannya.
Keempat: Kondisi yang ia telah mendapat hidayah, namun hanya mampu mengamalkan sebagian dari satu amalan menurut petunjuk, sementara sebagian yang lain tidak. Orang seperti itu membutuhkan hidayah untuk dapat melakukannya secara sempurna.
Kelima: Kadangkala seseorang mampu melakukan sesuatu amalan menurut bingkai dasarnya, namun belum mampu mengamalkannya secara rinci. Orang tersebut membutuhkan hidayah yang bisa membimbingnya untuk mengamalkannya secara rinci.
Keenam: Kadangkala seseorang telah mendapat suatu hidayah, namuni ia masih membutuhkan hidayah lain dalam penerapannya. Karena hidayah menuju satu jalan berbeda dengan hidayah dalam meniti jalan tersebut. Bisa kita contohkan, seperti seseorang yang telah mengenal jalan ke negeri si anu, yaitu melalui jalan ini dan itu. Namun ia tak mampu menempuhnya dengan baik. Karena untuk menempuhnya dibutuhkan hidayah lain yang lebih khusus. Misalnya, seperti perjalanan yang harus dilakukan di waktu-waktu tertentu dan menghindari perjalanan pada waktu-waktu tertentu, dia harus mengambil perbekalan air di tempat ini dan itu dengan jumlah tertentu, beristirahat juga di tempat ini atau itu. ltulah yang dimaksud hidayah dalam penerapan satu amalan. Kerapkali orang yang telah mengenal satu jalan tidak mempedulikan hal itu, akhirnya ia celaka dan tidak sampai pada tujuannya.
Ketujuh: Seseorang juga membutuhkan hidayah dalam satu amalan yang akan dilakukan, untuk masa- masa mendatang, sebagaimana petunjuk/hidayah yang telah ia peroleh di masa lampau.
Kedelapan: Kadang-kadang seseorang tidak memiliki keyakinan sama sekali pada suatu amalan, apakah itu benar atau salah Ia membutuhkan hidayah untuk mengetahui kebenarannya.
Kesembilan: Kadang seseorang yakin bahwa dirinya berada di atas kebenaran, padahal ia dalam kesesatan sementara dirinya tidak merasa. Maka orang itu membutuhkan hidayah untuk beralih dari keyakinan yang salah itu dengan bimbingan Allah.
KesepuLuh: Terkadang seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai dengan petunjuk, namun ia membutuhkan hidayah untuk dapat membimbing orang lain menuju hidayah itu, mengarahkan dan dan menasehatinya. Apabila ia melalaikan hal itu, berarti ia telah kehilangan satu hidayah sebatas kelalaiannya.
Minggu, 14 November 2010
Jangan Tinggalkan Puasa Arofah
Bagi orang yang tidak berhaji dianjurkan untuk menunaikan puasa Arofah yaitu pada tanggal 9 Dzulhijah. Hal ini berdasarkan hadits Abu Qotadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.”[24] Hadits ini menunjukkan bahwa puasa Arofah lebih utama daripada puasa ‘Asyuro. Di antara alasannya, Puasa Asyuro berasal dari Nabi Musa, sedangkan puasa Arofah berasal dari Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.[25] Keutamaan puasa Arofah adalah akan menghapuskan dosa selama dua tahun dan dosa yang dimaksudkan di sini adalah dosa-dosa kecil. Atau bisa pula yang dimaksudkan di sini adalah diringankannya dosa besar atau ditinggikannya derajat.[26]
Sedangkan untuk orang yang berhaji tidak dianjurkan melaksanakan puasa Arofah.
Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَفْطَرَ بِعَرَفَةَ وَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ أُمُّ الْفَضْلِ بِلَبَنٍ فَشَرِبَ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa ketika di Arofah. Ketika itu beliau disuguhkan minuman susu, beliau pun meminumnya.”[27]
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar bahwa beliau ditanya mengenai puasa hari Arofah di Arofah. Beliau mengatakan,
حَجَجْتُ مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَلَمْ يَصُمْهُ وَمَعَ أَبِى بَكْرٍ فَلَمْ يَصُمْهُ وَمَعَ عُمَرَ فَلَمْ يَصُمْهُ وَمَعَ عُثْمَانَ فَلَمْ يَصُمْهُ. وَأَنَا لاَ أَصُومُهُ وَلاَ آمُرُ بِهِ وَلاَ أَنْهَى عَنْهُ
“Aku pernah berhaji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau tidak menunaikan puasa pada hari Arofah. Aku pun pernah berhaji bersama Abu Bakr, beliau pun tidak berpuasa ketika itu. Begitu pula dengan ‘Utsman, beliau tidak berpuasa ketika itu. Aku pun tidak mengerjakan puasa Arofah ketika itu. Aku pun tidak memerintahkan orang lain untuk melakukannya. Aku pun tidak melarang jika ada yang melakukannya.”[28]
Dari sini, yang lebih utama bagi orang yang sedang berhaji adalah tidak berpuasa ketika hari Arofah di Arofah dalam rangka meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Khulafa’ur Rosyidin (Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Utsman), juga agar lebih menguatkan diri dalam berdo’a dan berdzikir ketika wukuf di Arofah. Inilah pendapat mayoritas ulama.[29]
Minggu, 07 November 2010
Sarjana Komputer yang Menjadi Ahli Hadits
Beliau adalah ‘Amr bin Abdul Mun’im bin Abdul ‘Aal Al Salim. Beliau lahir di Mesir pada tanggal 24 Februari 1967. Kemudian beliau dibawa oleh ayahnya ke Kuwait pada tahun 1974. Hal itu disebabkan ayahnya bekerja sebagai guru olah raga di departemen pendidikan Kuwait. Semua jenjang pendidikan formal beliau selesaikan di Kuwait. Bahkan beliau lulus dari Universitas Kuwait di bidang ilmu komputer pada tahun 1988. setelah itu beliau bekerja di depatemen listrik dan air di Kuwait.
Ketika beliau turut menangani proyek program kutub tis’ah (sembilan buku induk hadits) untuk komputer di syarikah ‘alamiah beliau berkenalan dengan Syeikh Abdullah al Judai’. Masa-masa ini merupakan masa yang sangat bernilai bagi Syeikh Amru. Ketika itu banyak mengambil manfaat dari ilmu Syeikh al Judai’. Syeikh Amru tidak belajar buku tertentu dalam bidang hadits kepada Syeikh al Judai’. Beliau hanya belajar secara praktis ketika bekerja bersama Syeikh al Judai di Syarikah ‘Alamiah.
Syeikh Amru menikah di Kuwait dan setelah anak pertama beliau lahir terjadilah invasi Iraq terhadap Kuwait. Kondisi ini memaksa beliau untuk kembali ke negeri aslinya yaitu Mesir pada tahun 1990. Di Mesir beliau menyelesaikan proyeknya di Syarikah Alamiah. Syarikah memindahkan proyeknya ke Mesir.
Syeikh Amru bekerja di proyek ini selama enam bulan. Setelah itu beliau menekuni dunia tulis menulis dengan menulis berbagai buku dan risalah/buku tipis. Syeikh Amru memiliki empat orang anak yaitu Abdur Rahman, Abdullah, Abdus Salam dan Abdul Aziz.
Sejak tahun 1998 beliau memiliki penerbitan sendiri yaitu Dar al Dhiya’. Penerbit inilah yang menerbitkan semua buah karya beliau dan beliau sendiri yang mengawasi penerbitannya.
Buku-buku beliau lebih cenderung membahas fiqh, ilmu mushtholah hadits dan takhrij hadits (telusur hadits) dengan diiringi penjelasan tentang derajat hadits yang dikaji apakah lemah atau shahih. Karya-karya beliau beragam ada yang tebal, ada pula yang tipis. Buku-buku beliau memuat manfaat besar yang tidak bisa diingkari.
Berikut ini diantara karya-karya beliau:
(1) Taisir ‘Ulum al Hadits lil Mubtadiin (Cara Mudah Belajar Ilmu Hadist untuk Pemula)
(2) al Jam’u baina al Muqizhah wa al Iqtirah fi Mushtholah al Hadits wa Ulumihi
(3) al Adab al Syar’iyyah linnisa’ fi Ziarah al Maqabir (Adab Seorang Wanita ketika Ziarah Kubur)
(4) Hadmu al Manarah liman Shahhaha Ahadits al Tawasul wa al Ziarah (Bantahan untuk orang yang menshahihkan hadits-hadits tentang tawasul dan ziarah kubur)
(5) al Jami’ fi Ahkam al Thalaq wa Fiqhihi min Adillatihi (Buku Lengkap tentang hukum-hukum perceraian berdasarkan dalil)
(6) Qoidah Muhimmah fi Fahmi Kalam al Aimah (Kaedah Penting Untuk memahami perkataan para imam terdahulu)
(7) Qawaid Haditsiyyah Nashsha ‘alaiha al Muhaqqiqun wa Ghafala ‘anha al Musytaghilun (Kaedah-kaedah seputar hadits yang telah ditegaskan oleh para pakar hadits namun dilalaikan oleh orang-orang yang bergelut di bidang hadits)
(8) al Adab al Syar’iyyah fi al Mu’asyarah al Zaujiyyah (Adab-Adab dalam Pergaulan Suami Istri menurut aturan Syariat)
(9) al Ajwibah al Wafirah ‘ala al As-ilah al Wafidah (Buku Kumpulan Fatwa)
Rabu, 03 November 2010
Akankah Engkau Menyiksa KekasihMu
UTBAH AL-GHULAM
Anbasah al-Khawash berkata, "Suatu ketika Utbah al-Ghulam berkunjung ke rumahku, kemungkinan besar ia akan menginap. Benar, dia menginap. Kemudian pada waktu sahur aku mendengar dia menangis tersedu-sedu. Ketika pagi hari, aku bertanya, 'Hatiku susah sejak aku mendengar tangisanmu, sebenarnya ada apa?'
Dia menjawab, 'Wahai Anbasah, semalam aku membayangkan saat-saat amalanku dibeberkan di hadapan Allah.' Tiba-tiba ia jatuh pingsan lalu aku memeluknya. Aku perhatikan matanya, ternyata kedua matanya terbalik, ia benar-benar pingsan, bahkan matanya memerah, kemudian tubuhnya lemas!
Aku memanggil namanya, "Utbah!" Ia menjawab dengan suara lirih, "Bayangan ditampakkannya amal di hadapan Allah telah memutus ikatan orang-orang yang saling menyayangi."
Setelah itu ia mengeluarkan bunyi nafas dari tenggorokan seperti orang yang sedang sakaratul maut, lalu berkata, "Akankah Engkau menyiksa orang yang mencintaiMu sementara Engkau ya Allah Mahahidup lagi Mahamulia?"
Utbah mengucapkan kalimat itu berulang-ulang sehingga… Demi Allah… aku dibuat menangis karenanya. (Al-Hilyah, 6/235.)
Diposting oleh: Abu Thalhah Andri Abdul Halim, dinukil dari, “99 Kisah Orang Shalih”
Senin, 01 November 2010
Daftar catatan ...............
Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.
Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel dimajalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan," katanya sambil menyodorkan majalah tersebut. Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia.....".
Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikan mereka bersama.
Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing. Besok pagi ketika sarapan mereka siap mendiskusikannya. "Aku yang mulai duluan ya," kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya sekitar 3 halaman. Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa air mata suaminya mulai mengalir.... "Maaf, apakah aku harus berhenti?" tanyanya.
"Oh tidak, lanjutkan..." jawab suaminya.
Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia, "Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu,"
Dengan suara perlahan suaminya berkata, "Aku tidak mencatat sesuatupun dikertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku, Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang....."
Sang istri terentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hari suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya..... Ia menunduk dan menangis......
Dalam hidup ini, banyak sekali kita merasa dikecewakan, depressi dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah disekitar kita? Saya percaya kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk.
Sumber Perumusan Artikel:
Tim Kepanitiaan Ifthor Jama'i (Senin-Kamis) Youth Islamic Study Club (YISC) Al-Azhar Jakarta
Kesedihan Kaisar Romawi Atas Wafatnya Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Muhammad bin Ma’bad menceritakan: “Umar bin Abdul Aziz mengirimkan beberapa tawanan Romawi untuk ditukar dengan beberapa tawanan muslimin. Muhammad bin Ma’bad kembali berkata, “Dan disaat aku masuk untuk menemui kaisar Romawi, kemudian masuk pula para pembesar Romawi lainnya, maka akupun segera keluar.”
Muhammad bin Ma’bad melanjutkan ceritanya, “Suatu hari, saat aku keluar, ternyata kaisar sedang duduk di atas tanah dengan perasaan berduka dan sedih. Maka akupun bertanya kepadanya, “Apa yang terjadi?”
Kaisar malah bertanya, “Apa engkau tidak tahu apa yang telah terjadi?”