Ibnul Qoyyim mengatakan Setiap hamba membutuhkan  hidayah pada setiap waktu dan kesempatan, dalam setiap perkara yang  hendak dikerjakan atau ditinggalkannya.
Masing-masing hamba tak akan lepas dari salah satu kondisi berikut:
Pertama : Kondisi  yang berbagai amalan yang ia lakukan tidak sebagaimana mestinya,  lantaran jahalah (ketidaktahuannya). Kala itu, ia membutuhkan hidayah  dari Allah, berupa terbukanya pintu ilmu.
Kedua: Kondisi  yang ia telah mengenal hidayah, namun ia melakukan hal-hal yang tidak  sebagaimana mestinya dengan sengaja. la membutuhkan hidayah untuk dapat  bertaubat.
Ketiga : Kondisi yang ia tidak mengenal hidayah secara  ‘ilmiyah ataupun  amaliyah. Sehingga ia kehilangan hidayah, baik berupa ilmu pengetahuan maupun keinginan mendapati dan mengamalkannya.
Keempat: Kondisi  yang ia telah mendapat hidayah, namun hanya mampu mengamalkan sebagian  dari satu amalan menurut petunjuk, sementara sebagian yang lain tidak.  Orang seperti itu membutuhkan hidayah untuk dapat melakukannya secara  sempurna.
Kelima: Kadangkala  seseorang mampu melakukan sesuatu amalan menurut bingkai dasarnya,  namun belum mampu mengamalkannya secara rinci. Orang tersebut  membutuhkan hidayah yang bisa membimbingnya untuk mengamalkannya secara  rinci.
Keenam: Kadangkala  seseorang telah mendapat suatu hidayah, namuni ia masih membutuhkan  hidayah lain dalam penerapannya. Karena hidayah menuju satu jalan  berbeda dengan hidayah dalam meniti jalan tersebut. Bisa kita contohkan,  seperti seseorang yang telah mengenal jalan ke negeri si anu, yaitu  melalui jalan ini dan itu. Namun ia tak mampu menempuhnya dengan baik.  Karena untuk menempuhnya dibutuhkan hidayah lain yang lebih khusus.  Misalnya, seperti perjalanan yang harus dilakukan di waktu-waktu  tertentu dan menghindari perjalanan pada waktu-waktu tertentu, dia harus  mengambil perbekalan air di tempat ini dan itu dengan jumlah tertentu,  beristirahat juga di tempat ini atau itu. ltulah yang dimaksud hidayah  dalam penerapan satu amalan. Kerapkali orang yang telah mengenal satu  jalan tidak mempedulikan hal itu, akhirnya ia celaka dan tidak sampai  pada tujuannya.
Ketujuh: Seseorang  juga membutuhkan hidayah dalam satu amalan yang akan dilakukan, untuk  masa- masa mendatang, sebagaimana petunjuk/hidayah yang telah ia peroleh  di masa lampau.
Kedelapan: Kadang-kadang  seseorang tidak memiliki keyakinan sama sekali pada suatu amalan,  apakah itu benar atau salah Ia membutuhkan hidayah untuk mengetahui  kebenarannya.
Kesembilan: Kadang seseorang yakin bahwa dirinya berada di atas kebenaran, padahal ia dalam kesesatan sementara dirinya tidak merasa.  Maka orang itu membutuhkan hidayah untuk beralih dari keyakinan yang salah itu dengan bimbingan Allah.
KesepuLuh: Terkadang  seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai dengan petunjuk, namun ia  membutuhkan hidayah untuk dapat membimbing orang lain menuju hidayah  itu, mengarahkan dan dan menasehatinya. Apabila ia melalaikan hal itu,  berarti ia telah kehilangan satu hidayah sebatas kelalaiannya.
Selasa, 16 November 2010
Para Hamba Selalu Membutuhkan Hidayah
Label:
Akhlaq dan Tazkiyatun,
Aqidah,
Cinta,
Hikmah,
Islamic,
Sastra dan Syair,
Shoidul Khotir
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
 
 "Allah! 
      None has the right to be worshipped but He, the Ever Living, the One Who 
      sustains and protecs all the exists. It is Who has sent down the Book (Al 
      Quran) to you with the truth, confirming what came before it, and He sent 
      down the Taurat (Torah) & the Injil (Gospel)."
(Surah Ali 
      Imran: 2-3)
"Allah! 
      None has the right to be worshipped but He, the Ever Living, the One Who 
      sustains and protecs all the exists. It is Who has sent down the Book (Al 
      Quran) to you with the truth, confirming what came before it, and He sent 
      down the Taurat (Torah) & the Injil (Gospel)."
(Surah Ali 
      Imran: 2-3)


0 komentar:
Posting Komentar