 Nikmat waktu adalah nikmat yang sangat besar, akan tetapi banyak orang  yang menyia-nyiakannya dengan menghabiskan untuk keperluan yang kurang  penting atau bahkan sia-sia. Berikut sekelumit potret kehidupan para  ulama dalam memaksimalkan waktu untuk amal-amal ketaatan.
Nikmat waktu adalah nikmat yang sangat besar, akan tetapi banyak orang  yang menyia-nyiakannya dengan menghabiskan untuk keperluan yang kurang  penting atau bahkan sia-sia. Berikut sekelumit potret kehidupan para  ulama dalam memaksimalkan waktu untuk amal-amal ketaatan.
Ibnu Mas’ud
Beliau salah seorang sahabat yang mulia, beliau pernah berkata, “Aku  belum pernah menyesali sesuatu seperti halnya aku menyesali tenggelamnya  matahari, dimana usiaku berkurang, namun amal perbuatanku tidak juga  bertambah”
Amir bin Abdi Qais
Beliau seorang tabi’in yang zuhud. Ada seorang pria berkata kepadanya,  “Berbincang-bincanglah denganku”. Amir bin Abdi Qais menjawab, “Tahanlah  matahari” Artinya, “Cobalah hentikan perputaran matahari, jangan  biarkan ia berputar, baru aku akan berbincang-bincang denganmu. Karena  sesungguhnya waktu ini senantiasa merayap dan bergerak maju, dan setelah  berlalu ia tak akan kembali lagi. Maka kerugian akibat tak memanfaatkan  waktu adalah jenis kerugian yang tidak dapat diganti atau dicarikan  kompensasinya. Karena setiap waktu membutuhkan amal perbuatan sebagai  isinya”
Hammad bin Salamah (91 H - 167 H)
Musa bin Isma’il At-Tabudzaki pernah menuturkan, “Kalau aku mengatakan  kepada kalian bahwa Hammad bin Salamah tak pernah tertawa, niscaya aku  tidak berdusta. Beliau itu memang orang  yang sangat sibuk. Kegiatannya  hanya meriwayatkan hadits, membaca, bertasbih atau shalat. Beliau  membagi-bagi waktu siangnya hanya untuk itu saja”
Muridnya sendiri, Abdurrahman bin Mahdi, pernah menuturkan, “Kalau ada  orang yang berkata kepada Hammad bin Salamah, “Engkau akan meninggal  besok”, niscaya Beliau tidak akan mampu lagi untuk menambah sedikitpun  dalam amalnya”
Yunus bin Al-Mu’addab menegaskan, “Hammad bin Salamah meninggal dunia  saat beliau shalat. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya
Muhammad bin Suhnun (202 H-256 H)
Al-Maliki menuturkan, “Muhammad bin Suhnun memiliki seorang sariyyah,  budak wanita milik sendiri- yang bernama Ummu Mudam. Suatu hari ia  bertandang ke rumahnya. Saat itu beliau sibuk menulis buku di malam  hari. Datanglah saat santap malam. Budak itu meminta ijin masuk  kamarnya, “Saya sedang sibuk’, ujar Muhammad.
Karena terlalu lama menunggu, maka sang budak menyuapkan makanan itu ke  mulut Beliau sampai Beliau mengunyahnya. Hal itu berlangsung lama, dan  Beliau tetap dalam kondisi demikan, hingga datang waktu shalat subuh.
“Maaf, aku sangat sibuk sehingga melupakanmu tadi malam wahai Ummu  Mudam.Tolong berikan makanan yang engkau tawarkan tadi malam!” Tuanku,  demi Allah, aku sudah menyuapkannya ke mulutmu”, ujar budak itu heran.  “Lho, kok aku tidak merasakannya?”, tanya Muhammad lebih heran lagi
Ibnul Khayyath An-Nahwi (Wafat tahun 320)
Konon beliau belajar di sepanjang waktu, hingga saat beliau sedang  berada di jalanan. Sehingga terkadang beliau terjatuh ke selokan atau  tertabrak binatang.
Al-Hakim (Wafat 334 H)
Abu Abdillah bin Al-Hakim Asy-Syahid, putra beliau menuturkan tentang  Bapaknya, “Beliau adalah orang yang gemar berpuasa Senin dan Kamis, dan  tidak pernah meninggalkan shalat malam saat bepergian dan saat tidak  bepergian. Bila duduk, maka pena, buku dan tinta selalu berada  ditangannya. Beliau adalah menteri pembantu Sulthan. Ia bisa memberikan  izin bertemu Sulthan bila orang itu belum mendapatkan izin. Kemudian  beliau sibuk menyusun tulisan ilmiah. Bila sudah demikian, maka orang  yang masuk menemuinya pasti hanya berdiri saja. Hal itu dikeluhkan oleh  Abul Abbas bin Hammuyah, ‘Kami biasa masuk menemui Beliau, tapi Beliau  tidak menyapa kami sedikitpun. Beliau hanya mengambil pena dengan  tangannya sendiri, dan membiarkan kami berdiri di pojok rumahnya’.”
Al-Hakim Abu Abdillah Al-Hafizh, penulis Al-Mustadrak, menceritakan,  “Aku pernah hadir pada pengajian malam saat Al-Hakim Abul Fadhal  mendiktekan hadits. Tiba-tiba masuk Abu Ali bin Abu Bakar bin  Al-Muzhaffa, seorang amir. Ia berdiri di dekat Beliau, namu Beliau tak  sedikitkpun bergeming dari tempatnya. Kemudian beliau memaksanya keluar  dari pintu depan., ‘Hai Amir, pergi saja, hari ini bukan giliran Anda!’”
Begitulah sebagian potret kehidupan ulama dalam memanfaatkan waktu, bagaimana dengan kita?
_______
Sumber: Sungguh Mengagumkan Manajemen Waktu Para Ulama, Syaikh Abdul Fattah.
Jumat, 15 Oktober 2010
Manfaatkan Waktumu seperti Ulama Terdahulu ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
 
 "Allah! 
      None has the right to be worshipped but He, the Ever Living, the One Who 
      sustains and protecs all the exists. It is Who has sent down the Book (Al 
      Quran) to you with the truth, confirming what came before it, and He sent 
      down the Taurat (Torah) & the Injil (Gospel)."
(Surah Ali 
      Imran: 2-3)
"Allah! 
      None has the right to be worshipped but He, the Ever Living, the One Who 
      sustains and protecs all the exists. It is Who has sent down the Book (Al 
      Quran) to you with the truth, confirming what came before it, and He sent 
      down the Taurat (Torah) & the Injil (Gospel)."
(Surah Ali 
      Imran: 2-3)


0 komentar:
Posting Komentar