Rabu, 07 Juli 2010

Tolak Minta Maaf, Israel Alami Kerugian Besar

TEL AVIV (Berita SuaraMedia) – Israel akan rugi besar jika hubungannya dengan Turki putus akibat penolakannya untuk meminta maaf ke Ankara atas serangan udara mematikan yang dilancarkannya, ujar para analis memperingatkan.

"Dalam tarik ulur ini, Israel memiliki lebih banyak kerugian daripada Turki," ujar Ofra Bengio, seorang profesor universitas Israel dan penulis buku 'Hubungan Turki-Israel: Perubahan Ikatan Pihak-pihak Luar Timur Tengah.'

"Turki adalah anggota NATO dan memiliki hubungan dekat dengan negara-negara Muslim. Mereka bisa melepaskan kita dengan mudah. Kita wilayah yang kecil dan terisolasi di kawasan ini," ujarnya.

Kedua negara mengalami ketegangan sejak pasukan Israel menyerang Freedom Flotilla pada tanggal 31 Mei, menewaskan sembilan warga negara Turki.

Turki sudah berulangkali menuntut permintaan maaf resmi dan kompensasi dari Israel serta sebuah penyelidikan internasional terhadap operasi itu.Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu memperingatkan bahwa hubungan keduanya bisa putus, tapi Israel mengatakan tidak akan meminta maaf untuk mempertahankan keamanan negaranya.

Turki sudah menutup wilayah udaranya untuk semua penerbangan militer Israel sebagai reaksi terhadap serangan itu, ujar Davutoglu, seraya menambahkan bahwa itu bisa diperluas ke penerbangan sipil.

Fitur utama dari hubungan Turki - Israel adalah kesepakatan kerjasama militer yang mereka tandatangani tahun 1996, yang memicu kemarahan dunia Arab dan Muslim.

Di bawah kesepakatan itu, industri militer Israel menerima sejumlah kontrak untuk menjual senjata ke pasukan Turki seperti tank M60 dan meningkatkan arsenal mereka saat ini, termasuk jet tempur F-4 dan F-5.

Kedua negara melakukan latihan militer bersama dan tentara Israel diijinkan berlatih di wilayah Turki.

"Turki adalah satu-satunya negara Muslim yang memiliki hubungan militer strategis dengan kita, bahkan jika Ankara tidak akan pernah mengijinkan pesawat perang Israel menggunakan wilayah udaranya untuk menyerang situs nuklir Iran," ujar Bengio.

Tapi Amir Rapoport, analis militer di Pusat Studi Strategis Begin Sadat, Israel, mengatakan bahwa kerugian terbesarnya adalah latihan bersama yang memungkinkan angkatan udara Israel untuk berlatih serangan jarak jauh.

"Israel menggunakan wilayah udara Turki memiliki efek penggertak bagi Iran, Irak, dan Syiria. Sekarang kita kehilangan itu," ujar Efraim Inbar sependapat, analis politik dari Universitas Bar Ilan.

"Kerugian Turki adalah kerugian strategis serius. Turki adalah negara yang sangat penting dengan pengaruh besar di Timur Tengah," ujar Inbar.

Ankara memanggil duta besarnya segera setelah serangan terjadi, membatalkan rencana tiga latihan militer bersama dan mengatakan bahwa hubungan ekonomi dan pertahanan akan dikurangi ke tingkat minimum.

Zvi Elpeleg, mantan duta besar Israel untuk Turki, meyakini bahwa negaranya sedang membayar penolakan Eropa untuk mengijinkan Turki bergabung dengan Uni Eropa.

"Untuk waktu yang lama Turki meyakini bahwa Israel adalah saluran mereka untuk mempengaruhi Brussels. Tapi sekarang mereka sudah tidak percaya lagi," ujarnya.

Seorang pejabat senior Israel, yang tidak mau disebutkan namanya, sependapat.

"Sayangnya Turki berganti arah dan tengah berusaha memperbarui mimpi lama kembalinya imperium Ottoman, semuanya dengan mengorbankan Israel," ujar pejabat tersebut. (rin/meo) www.suaramedia.com

0 komentar: